12.2.10

Riwayat Hidup Imam Syafi'i (150-204 H/767-820H)

Imam Syafi'i masuk dalam daftar deretan ulama Islam paling masyhur dan berpengaruh. Beliau sangat dihormati oleh para ulama dan pemimpin sejak masanya hingga sekarang. Kecerdasannya mendorongnya untuk menjadi pelopor penulisan ilmu ushul fiqih yang menjadi referensi ulama-ulama Islam hingga saat ini. Pengikut mazhabnya – mazhab Syafi'i – menyebar di semua benua.

Nama Lengkap dan Nasab Beliau
Nama lengkapnya adalah Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Sya'ib bin Ubaid bin Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthathalib bin Abdu Manaf.

Dari silsilahnya dapat diketahui bahwa beliau berasal dari bani Hasyim dari Suku Quraisy. Sedangkan ibunya yang terkenal dengan panggilan Ummu Habibah berasal dari qabilah Azad. Ada yang mengatakan nama ibunya adalah Fathimah binti Abdullah bin Hussein bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Beliau Lahir
Beliau lahir dalam keadaan yatim di Asqalan, Gaza, Palestina pada tahun 150 H di akhir masa pemerintahan Abu Ja'far Al-Manshur (Khalifah Abbasiyah). Tahun kelahirannya ini bertepatan dengan tahun wafatnya Imam Abu Hanifah.

Masa Belajar
Berkat modal kesungguhan dan kecerdasanlah yang membuat Imam Syafi'i menjadi tokoh besar yang sukses. Namun selain dua modal tersebut, ada juga sosok seorang wanita miskin yang menjadi motivator utamanya, yaitu ibunya Ummu Habibah. "Kebenaran itu ada di keluargamu. Engkau harus seperti mereka. Saya khawatir engkau akan menjadi 'lemah' di antara nasabmu," kata-kata itu dia sampaikan kepada Syafi'i kecil saat masih di Palestina..

Pada usia yang masih dini, ibunya membawanya ke Makkah untuk disekolahkan ke para guru yang terkenal disana. Ibunya berharap dengan belajar di usia yang masih dini beliau bisa menjadi orang yang terdidik, alim dan terhindar dari pengaruh lingkungan yang tidak kondusif. Dengan demikian beliau bisa mengikuti jejak kebaikan para kerabatnya terdahulu.

Di Makkah beliau tinggal bersama ibunya di dekat syi'ib Kheif. Disini mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang tidak memadai. Namun berkat semangat dan motivasi yang kuat dari sang ibu, hal itu tidak menjadi alasan bagi Syafi'i kecil untuk berhenti menuntut ilmu. Bahkan menurut pengamatan ulama justru kemiskinan itulah yang menjadi motivasi utamanya.

Di saat belajar fiqih dari para syekhnya, beliau mendengar kemasyhuran kitab Muwaththa' Imam Malik. Beliau mempelajari dan menghafalnya. Karena kurang puas, akhirnya beliau pergi ke Madinah untuk belajar langsung dari penyusunnya, Imam Malik. Pada awalnya Imam Malik menilai beliau masih terlalu kecil dan masih butuh pendamping khusus. Namun setelah mendengar bacaannya yang fasih dan lancar, Imam Malik merasa tertarik dan kagum.

Di usia sekitar 13 tahun Syafi'i kecil telah hafal kitab Muwaththa' yang tebal itu dan membacanya di depan Imam Malik. Beliau belajar kepada Imam Malik selama 16 tahun hingga akhir hayat sang guru pada tahun 179 H.

Pindah ke Yaman
Wafatnya Imam Malik membuatnya merasa sangat terpukul dan kehilangan. Sebab Imam Malik baginya bukan hanya sekedar guru, tapi juga pengasuh, pengasih dan pelindung layaknya seorang ayah. Muncullah kebingungan antara tinggal di Madinah atau pergi ke Yaman. Pada saat bersamaan orang-orang Quraisy menawarkannya ke Yaman untuk sebuah pekerjaan. Mengetahui kecerdasan Syafi'i, gubernur Yaman pun menyambutnya dengan baik.

Fitnah di Yaman
Kecerdasan dan keluasan ilmu Imam Syafi'i membuat reputasinya naik drastis. Tapi ternyata ini membuat iri hati beberapa orang yang merasa posisinya terancam. Mereka pun menyusun sebuah siasat. Salah seorang kepercayaan khalifah di Yaman mereka utus untuk menemui khalifah Harun Ar-Rasyid di Baghdad untuk melaporkan adanya konspirasi orang-orang Syi'ah Alawiyah untuk menggulingkan khalifah di bawah pimpinan Syafi'i. Atas perintah khalifah, Imam Syafi'i bersama beberapa orang terdakwa lainnya pun dibawa ke Bagdad. Mereka semua dihukum mati atas dakwaan konspirasi penggulingan khalifah kecuali Imam Syafi'i. Beliau selamat setelah dialog dan diskusi yang panjang bersama khalifah Harun Ar-Rasyid.

Hidup di Bagdad
Setelah terbebas dari dakwaan, beliau lalu menetap di Bagdad. Ali Muhammad bin Hasan menjadikannya sebagai tamu. Dialah salah satu di antara orang-orang yang paling banyak membantu Imam Syafi'i dalam memudahkan kebutuhan finansialnya dan membukukan hasil-hasil karyanya.

Di Bagdad wawasan keilmuan Imam Syafi'i semakin luas dan mapan, lebi-lebih setelah beliau mendalami pemikiran-pemikiran Imam Abu Hanifah.

Mazhab Maliki – yang beliau pelajari di Madinah – dan mazhab Hanafi sangat mempengaruhi pendapat-pendapatnya yang terkenal moderat antara ahli hadits dan para pemikir.

Para pemimpin dan ulama Bagdad sangat menghormati Imam Syafi'i. Di sisi lain beberapa ulama yang dekat dengan pemerintah juga iri hati padanya. Beliau pun pergi ke Makkah buat sementara waktu untuk menyebarkan ilmunya kepada para jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru, lalu beliau kembali lagi ke Bagdad untuk mengajar. Tak sedikit para ulama dan Imam di masanya yang belajar ke beliau, sehingga banyak di antara mereka yang pindah ke mazhabnya, semisal Imam Abu Tsaur.

Dua tahun kemudian beliau pergi lagi ke Makkah, lalu kembali lagi ke Bagdad.

Pindah ke Mesir
Beberapa bulan setelah kembali dari Makkah, beliau pun pindah ke Mesir pada tahun 198 H. Beliau ditemani oleh pembantunya Abbas bin Abdullah bin Abbas bin Musa bin Abdullah bin Abbas. Mereka tiba di Mesir pada tahun 199 H. Saat itu Laits bin Sa'ad – seorang ulama terkemuka – sudah meninggal dunia. Beliau pun mendapat sambutan yang hangat dari penduduk Mesir. Bagi mereka, kehadiran beliau adalah pengganti dari sosok ulama besar mereka yang sudah dipanggil oleh Allah SWT.

Abdullah bin Abdul Hakam – salah seorang ulama Mesir yang turut bahagia atas kehadiran beliau – memberinya uang sebanyak 4000 dirham. 1000 dirham dari kantongnya sendiri, dan sisanya dari para pedagang dan pemuka Mesir.

Guru-guru Imam Syafi'i
Imam Syafi'i adalah tipe seorang pelajar sejati. Beliau tak pernah berhenti belajar hingga usia senjanya. Guru-gurunya hampir ada di setiap tempat beliau berdomisili. Padahal beliau sangat terkenal dengan kejeniusan dan keluasan ilmunya. Tentu saja ini juga menunjukkan ketawadhu'annya sebagai orang berilmu.

Berikut di antara para ulama yang pernah menjadi gurunya:
1. Syekh Isma'il bin Konstantin, syekh qira'ah Ibnu Katsir di Makkah.
2. Sufyan bin Uyainah, Imam ahli Hadits di Makkah
3. Muslim bin Khalid, ahli fiqih Makkah
4. Sa'id bin Salim
5. Daud bin Abdurrahman Al-Aththar
6 Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abu Daud
8. Imam Malik, ahli fiqih dan hadits di Madinah
9. Ibrahim bin Abu Yahya Al-Aslamy
10. Muhammad bin Sa'id bin Abi Fadik
11. Abdullah bin Nafi'
12. Muhammad bin Hasan, ulama fiqih sahabat Imam Abu Hanifah di Bagdad
13. Waki' bin Jarrah, ulama ahli Hadits
14. Abdul Wahhab bin Abdul Majid Ats-Tsaqafy, ulama ahli Hadits
15. Abu Usamah bin Hammad bin Usamah Al-Kufy, ulama ahli Hadits
16. Ismail bin Aliyah, ulama ahli Hadits

Mereka yang disebutkan di atas adalah ulama-ulama yang terkenal di kalangan para ulama Islam.

Murid-murid Beliau
Majelis ta'lim Imam Syafi'i juga menyebar di banyak tempat; di Masjid Nabawi (Madinah), Masjidil Haram (Mekkah), beberapa masjid di Iraq, Mesir dan lain-lain. Karena itu tak heran jika muridnya juga banyak dan ada di banyak tempat.

Di antara murid-muridnya yang paling terkenal adalah:
1. Imam Ahmad bin Hanbal
2. Ahmad bin Khalid Al-Khilal
3. Ahmad bin Muhammad bin Sa'id Ash-Shairafy
4. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam
5. Muhammad bin Imam Syafi'i
6. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid bin Al-Yaman
7. Ishak bin Rahweh
8. Abu Bakar Al-Humaidy
9. Husein bin Ali bin Yazid Al-Karabisy
10. Al-Hasan bin Muhammad bin Ash-Shabah Al-Bagdady Al-Za'farany
11. Ismail bin Yahya Al-Muzanny (Abu Ibrahim)
dan masih banyak lagi…

Selain itu banyak juga muridnya dari kalangan wanita, salah satu di antaranya adalah saudari Al-Muzanny.

Manhaj Imam Syafi'i
Imam Syafi'i berpedoman pada Al-Qur'anul Karim, hadits-hadits shahih, Ijma' dan Qiyas. Bahasa beliau gunakan sebagai alat untuk membantu memahami hukum-hukum furu'iyah dan mengkombinasikan antara hadits-hadits yang mengandung ikhtilaf secara zhahir. Beliau juga memperhatikan makna kata (semantik) dan maqashid syar'iyah.

Buku-buku Karangan Imam Syafi'i
Kitab-kitab yang disusun oleh Imam Syafi'i memiliki peranan dan kedudukan yang tinggi di kalangan para ulama sejak masanya hingga sekarang. Imam Ahmad bin Hanbal (imam mazhab Hanbali) pernah mengatakan: "Saya belum pernah melihat kitab fiqih selain kitabnya Imam Syafi'i."

Ada pun buku-buku yang beliau susun adalah:
1. Al-Umm
2. Jami' Al-Muzanni Al-Kabir
3. Jami' Al-Muzanni Ash-Shagir
4. Mukhtashar Al-Muzanni
5. Mukhtashar Ar-Rabi'
6. Mukhtashar Al-Buwaithi
7. Kitab Harmalah
8. Kitab Hujjah
9. Ar-Risalah Al-Jadidah
10. Ar-Risalah Al-Qadimah
11. Al-Amali
12. Al-Imla'
13. Ahkamul Qur'an
14. Musnad Asy-Syafi'i
15. Sunan li Asy-Syafi'i
16. Kitab ma Ikhtalafa fihi Abu Hanifah wa Ibnu Abi Laili (Kitab Ikhtilaf Al-Iraqiyyin)
17. Kitab Ikhtilaf Ali wa Ibnu Mas'ud
18. Kitab Ikhtilaf Malik wa Asy-Syafi'i
19. Kitab Jima'ul Ilmi
20. Kitab Shifatu Nahyi Rasulillah
21. Kitab Ibthal Istihsan
22. Kitab Ar-Radd 'Ala Muhammad bin Al-Hasan
23. Kitab Al-Qur'ah.

Imam Syafi'i Wafat
Pada tahun 204 H/820 M, Imam Syafi'i menderita sakit keras. Dan pada tahun yang sama beliau dipanggil oleh Allah SWT. Kematiannya ini membuat masyarakat Mesir sangat berduka dan terpukul.

Jenazah beliau dimakamkan di Kairo, di area pemakaman Bani Zuhrah yang kemudian dikenal dengan area pemakaman Imam Syafi'i hingga saat ini.
Wallahu A'lam…
Semoga bermanfaat.
(Yasir Lubis & Ihsan AM Hasibuan)

3 komentar:

  1. mantap juga ya tulisan si yaser nih, kelihatan dia o on tapi mantap juga nulis hihihihi

    BalasHapus
  2. Benarlah kata ahli hikmah:
    لا تحتقر من دونك فلكل شيئ مزية
    "Jangan meremehkan orang selain kamu, karena semuanya punya kelebihan (masing-masing"

    Imam Syafi'i berasal dari keluarga miskin, namun demikian keluarganya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sebagian keluarga kaya dan terhormat: ibunya punya kelebihan brupa kemampuan memberikan sugesti yang luar biasa kepada anaknya, dia seorang ibu skaligus pendidik yang sukses.
    Imam Syafi'i sendiri memiliki kecerdasan yg luar biasa. Sehingga dia mampu mengalahkan popularitas para bangsawan dan raja2.

    BalasHapus
  3. terimakasih..tulisan anda sangat bermanfaat untuk saya :)

    BalasHapus

Oase Risalah


Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Esa, tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan (bersaksi bahwa) Isa (Yesus) adalah hamba Allah dan rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan (bersaksi bahwa) surga dan neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai kadar amalnya" (HR. Muslim)

Dari Anas ra, Nabi Muhmmad Saw bersabda: "Tidak seorang pun yang bersaksi dengan ketulusan hati bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah akan mengharamkannya dari api neraka" (HR. Bukhari Muslim).