10.5.09

Avicenna; Bapak Kedokteran Dunia dari Persia

Avicenna (980 – 1037) bukanlah nama yang asing lagi di kalangan para ilmuan. Namun tak banyak yang mengetahui jika nama aslinya adalah Abu Ali Al-Hussain ibnu Abdullah ibnu Ali ibnu Sina.

Ibnu Sina lahir pada abad ke-10 Masehi tepatnya pada tahun 980 M. Ia mengenyam pendidikan pertama kalinya di Bukhara, sebuah wilayah Turkmenistan sekarang. Selain memfokuskan diri di bidang kedokteran bahasa dan sastra, beliau juga mempelajari cabang-cabang ilmu lain seperti agama, logika, matematika, kedokteran geometri dan lainnya. Berkat kecerdasan yang dimilikinya, beliau telah menghapal Al-Qur’an dan sya’ir-sya’ir Arab di usianya yang kesepuluh tahun dan menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut di usia belasan tahun.

Di usia sekitar 17 tahun, Ibnu Sina diundang oleh para dokter kesultanan untuk berpartisipasi dalam mengobati sultan Nuh ibn Mansur yang sudah lama sakit. Mengetahui sultan punya perpustakaan besar, pada suatu hari beliau pun minta ijin untuk membaca buku-bukunya. Pada usia 18 tahun, semua buku yang ada di perpustakaan tersebut sudah selesai dibacanya. Dan mulailah beliau diminta oleh sahabat-sahabatnya untuk menuliskan buku-buku buat mereka.

Keahlian dan kecerdasan Ibnu Sina ini telah membuatnya terkenal di berbagai wilayah kekuasaan Islam sebagai pakar kedokteran yang tiada tandingannya di saat itu. Hasil-hasil penelitian dan pengalamannya ia kumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul “Al Qanun fi al-Tibb” yang pernah diterbitkan di Roma pada tahun 1593. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggiris dengan judul “Precepts of Medicine”. Kehadiran hasil karya ini tentu saja sangat menguntungkan bagi masyarakat Eropa, lebih-lebih pada saat itu masih berada dalam masa kegelapan. Dalam kurun waktu kira-kira 100 tahun kemudian, buku ini telah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa. Bahkan pada abad ke-17-19 buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan referensi di beberapa universitas di Eropa.

Selain "Al Qanun fi al-Tibb," Ibnu Sina juga telah menyusun sebuah buku yang dalam edisi terjemahan bahasa Inggirisnya berjudul “Remedies for The Heart”. Buku ini berbentuk syair yang menjelaskan 760 jenis penyakit dilengkapi dengan metode pengobatannya. Buku semacam ini pada saat itu merupakan karya yang sangat langka, baik di dunia Timur maupun Barat.

Karya-karya Ibnu Sina sebenarnya tidak hanya terbatas pada ilmu kedokteran. Tetapi sebagaimana latar belakang pendidikannya, beliau juga telah menghasilkan ratusan karya tulis di bidang ilmu pengetahuan lain seperti agama, bahasa dan sastra, logika, matematika, geometri, musik, astronomi, dan lain-lain.

Ibnu Sina tidak hanya belajar dari para ilmuan dan ulama muslim saat itu, tetapi juga dari buku-buku terjemahan Yunani kuno. Karena itu tak heran jika metode-metode pengobatan Ibnu Sina juga turut dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan Yunani kuno, yaitu teori humours atau dengan istilah lain teori empat unsur yang mengatakan bahwa kondisi kesehatan seseorang mempunyai hubungan dengan empat unsur, yaitu: lendir (phlegm), empedu kuning (yellow bile), darah dan empedu hitam (black bile). Seseorang akan sehat jika keempat unsur tersebut selalu dalam keadaan seimbang, namun jika terjadi ketidakseimbangan salah satu unsur maka kesehatannya akan terganggu.

Ibnu Sina memang dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan Yunani, namun bukanlah berarti beliau mengadopsi semua teori kosmogoni Yunani secara “mentah-mentah”, bahkan beliau telah menyaring dan mengislamisasikannya.

Ibnu Sina percaya bahwa setiap tubuh manusia terdiri dari empat unsur yaitu: tanah, air, api, dan angin. Keempat unsur ini mempunyai sifat lembab, sejuk, panas, dan kering serta sentiasa bergantung kepada unsur lain yang terdapat di alam ini. Ibnu Sina percaya bahwa wujud ketahanan tubuh manusia mampu melawan penyakit. Jadi, selain keseimbangan unsur yang empat tadi, manusia juga memerlukan ketahanan tubuh yang kuat untuk bisa tetap sehat. Demikian juga halnya dalam proses penyembuhan.

Satu hal lagi yang tidak kalah menariknya dari Ibnu Sina, beliau ternyata juga seorang pakar filsafat Islam terkemuka. Dalam bidang filsafat, beliau telah menulis sebuah buku dengan judul al-Najah. Aliran filsafatnya banyak sekali terpengaruh oleh Alfaraby, seorang filosof muslim yang sukses menghidupkan aliran-aliran pemikiran Aristoteles (filosof Yunani kuno).

Banyak metode yang bisa digunakan untuk mengenal Tuhan. Menurut Ibnu Sina, ilmu matematika juga bisa membuktikan keesaan Tuhan. Pandangan semacam ini pernah dikemukakan oleh ahli filsafat Yunani seperti Pythagoras untuk menjelaskan sesuatu kejadian. Bagi Pythagoras, suatu zat mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini.

Namun pembahasan ke-Tuhan-an lewat filsafat dan matematika seperti yang dilakukan Ibnu Sina, ditolak oleh sebagian ulama Islam karena dinilai mengandung penyimpangan yang dapat merusak aqidah ummat Islam. Buku Tahafat al-Falasifah yang disusun oleh Imam al-Ghazali merupakan salah satu wujud reaksi penolakan terhadap Ibnu Sina.

Seperti apa pun pandangan-pandangan yang dilontarkan oleh Ibnu Sina, namun sumbangsihnya terhadap dunia kedokteran dan perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan dilihat dari keahlian dan jasa-jasanya, secara umum beliau bisa dianggap sebagai pakar keilmuan dan sains Islam dan dunia.
- Ditulis oleh: Ihsan AMH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oase Risalah


Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Esa, tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan (bersaksi bahwa) Isa (Yesus) adalah hamba Allah dan rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan (bersaksi bahwa) surga dan neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai kadar amalnya" (HR. Muslim)

Dari Anas ra, Nabi Muhmmad Saw bersabda: "Tidak seorang pun yang bersaksi dengan ketulusan hati bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah akan mengharamkannya dari api neraka" (HR. Bukhari Muslim).