2.4.09

Amal Yang Tidak Akan Putus

Segala puji hanya milik Allah Yang mempunyai segala apa yang ada di langit maupun di bumi. Bagi-Nya segala pujian di dunia maupun di akherat dan Dialah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya manusia diciptakan di alam kehidupan ini bertujuan untuk beramal, kemudian nanti akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dibalas berdasarkan apa yang telah mereka amalkan. Maka manusia tidak diciptakan sia-sia, juga tidak ditelantarkan begitu saja. Orang yang beruntung adalah orang yang telah memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia dapatkan simpanannya di sisi Allah. Dan orang yang celaka adalah orang yang yang memberikan keburukan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan.

Lihatlah kepada amal-amalmu, dan mawas dirilah sebelum datang ajalmu, karena kematian menandakan terputusnya amal dan merupakan awal dari pembalasan amal. Kematian begitu dekat namun kita tak mengetahui kapan datangnya. Dan perhitungan amal sangat teliti namun kita tak mengetahui kapan tiba saatnya. Rambut beruban telah memberikan tanda peringatan akan kematian, maka bersiaplah menghadapinya. Kematian teman karib seseorang mengingatkan dekatnya kematian dirinya. Ingatlah kematian, beramallah untuk menghadapi masa sesudahnya yang pasti kita akan datang menemuinya dan menetap di sana.
Jangan sampai dilalaikan dengan sesuatu yang kita sukai tapi akan kita tinggalkan. Jangan tertipu dengan larutan mimpi-mimpi lalu menjadi lalai dengan kedatangan ajal. Berapa banyak orang yang mengharapkan sesuatu tapi tidak pernah dia peroleh. Berapa banyak orang yang kita temui di waktu pagi, tetapi tak menemui waktu petangnya. Berapa banyak orang ketika datang ajalnya berangan untuk ditunda beberapa saat lagi agar dia dapat memperbaiki kesalahannya serta melakukan apa yang telah dia lupakan. Maka dikatakan padanya: "Mustahil, apa yang kau harapkan telah berlalu, kami telah memperingatkanmu sebelumnya dan kami telah ancam kamu bahwa tidak ada waktu lagi untuk kembali".
Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh? Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Munafiqun : 9-11)

Maka wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari kelalaian dan membuang-buang waktu, dan hendaklah bersegera melakukan ketaatan sebelum datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang mungkin tidak bisa dia gapai. Dalil-dalil yang menunjukkan perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bersegera dalam melakukan ketaatan dan memperbanyak amal menandakan bahwa kalau tidak segera dikerjakan hal itu akan luput dari tangan. Semakin hari bertambah, manusia pun semakin dekat dengan kematian. Ketika kematian tiba, maka tidak ada lagi kesempatan untuk beramal, semua amal juga akan terputus kecuali tiga hal. Inilah yang disebutkan di dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Apabila anak Adam meninggal, maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan untuknya".

Selama yang tiga ini masih dapat dimanfaatkan, pahalanya akan terus-menerus mengalir.

Pertama: shadaqah jariyah. Para ulama menafsirkannya dengan wakaf untuk kebaikan, seperti mewakafkan tanah, masjid, madrasah, rumah hunian, kebun, mushaf, buku yang berguna, sumber-sumber air minum dan lain sebagainya. Ini merupakan dalil disyariatkannya mewakafkan barang yang bermanfaat dan perintah untuk melakukannya, bahkan itu termasuk amalan yang paling mulia yang dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di akhirat.
Kedua: ilmu yang bermanfaat. Ini mungkin dilakukan dengan cara mengajarkan ilmu kepada manusia perkara-perkara agama mereka. Ini khusus bagi para ulama yang menyebarkan ilmu dengan cara mengajar, mengarang dan menuliskannya. Namun, orang awam juga bisa ikut andil disini misalnya dengan cara ikut serta mencetak kitab-kitab yang bermanfaat atau membelinya lalu menyebarkannya atau pun mewakafkannya.

Disini jelas ada anjuran untuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya, menyiarkan dan menyebarluaskan kitab-kitabnya agar bisa bermanfaat sebelum dan sesudah kematian seseorang. Manfaat ilmu akan tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada seorang muslim yang sampai kepadanya ilmu tersebut. Berapa banyak ulama yang meninggal semenjak ribuan tahun yang lalu tetapi ilmunya masih ada dan dimanfaatkan melalui kitab-kitab yang telah disusunnya, lalu dipakai dari generasi ke generasi sesudahnya dengan perantara para muridnya kemudian para pencari ilmu setelah mereka. Setiap kali kaum muslimin menyebutkan namanya, mereka selalu mendoakan kebaikan dan rahmat untuknya. Dan setiap ada ‘generasi’ yang mendapat petunjuk berkat jasa seorang alim, maka dia mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. Inilah salah satu fadhilah yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Ketiga: anak yang shalih, baik laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu, doa baiknya buat dua orang tuanya akan memberikan manfaat bagi mereka, bahkan demikian juga doa yang diucapkan oleh orang yang mendapatkan kebaikan dari anak tersebut. Seringkali seseorang mendoakan orang yang berbuat baik kepadanya dengan mengatakan: "Semoga Allah merahmati orang tuamu dan mengampuni mereka".

Poin ketiga ini juga menunjukkan anjuran untuk menikah, dengan tujuan untuk mendapatkan anak yang shalih, dan melarang membenci banyaknya anak. Sebagian manusia kadang terpengaruh dengan propaganda-propaganda sesat sampai dia membenci banyaknya anak dan berusaha untuk membatasi kelahiran atau bahkan mengajak orang lain melakukan hal yang sama. Ini disebabkan kebodohan mereka terhadap ilmu agama dan lemahnya pengetahuan mereka tentang hasil yang akan didapatkan nanti, serta disebabkan karena lemahnya iman. Dalam hadits riwayat Muslim tadi juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar menjadi orang shalih, membesarkan mereka di dalam ajaran Islam dan keshalihan sehingga mereka menjadi generasi yang berbakti kepada orang tuanya baik selama mereka masih hidup maupun setelah meninggal.
Sekarang banyak sekali orang yang melalaikan permasalahan tersebut, tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, dan tidak berusaha untuk memperbaikinya. Ketika anak-anaknya melakukan larangan dan meninggalkan kewajiban, dia tidak memberikan teguran. Saat melihat anak-anaknya bermain di jalanan, bergaul dengan teman-teman nakal, atau pergi ke tempat-tempat yang ‘rusak’, sama sekali tak membuatnya gusar. Padahal kalau anaknya merusak salah satu benda yang dimilikinya, dia pasti akan menjadi lelaki tegas dan pahlawan pembela, membela harta dunianya namun sama sekali tak membela agama anaknya. Perhatiannya hanya untuk perbaikan harta dan tidak ada perhatian untuk kebaikan anak-anak dalam hidupnya, bagaimana setelah matinya nanti?

Selain itu, hadits di atas juga menunjukkan bahwa anak disyariatkan untuk mendoakan orang tuanya bersamaan dengan doa untuk dirinya di dalam maupun di luar shalat. Dan ini merupakan salah satu bentuk bakti anak kepada orang tuanya yang akan terus ada setelah mereka meninggal dunia. Masalah-masalah pada poin yang ketiga inilah yang dimaksud di dalam firman Allah SWT: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan". (QS Yaasiin : 12)

”Apa yang telah mereka kerjakan…” maksudnya adalah apa yang mereka lakukan secara langsung dalam hidupnya berupa amal-amal yang baik maupun yang buruk. Sedangkan “bekas-bekas yang mereka tinggalkan”, maksudnya adalah amal baik maupun buruk yang terus terwujud setelah kematiannya.Ibnu Majah meriwayatkan: "Sesungguhnya amal kebaikan yang akan sampai kepada mayit setelah meninggalnya adalah: ilmu yang dia sebarkan, anak shalih yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia dirikan, rumah yang dipakai para musafir yang telah dia bangun, sungai yang dia alirkan, atau sedekah yang dia keluarkan dari hartanya pada saat dia masih hidup dan sehat, semua akan sampai kepadanya setelah dia meninggal."

Maka berusahalah – semoga Allah merahmatimu – untuk mengerahkan semua sebab dan melakukan amal yang bermanfaat yang akan terus ada manfaatnya dan mengalir pahalanya setelah wafatmu, Allah SWT berfirman:"Harta dan anak-anak shaleh adalah perhiasan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan". (QS Al Kahfi : 46)
Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Muhammad, keluarga dan shahabatnya.
Wallahu a’lam…

- Ditulis oleh: Ahmad Alim Hasibuan, Mahasiswa Fakultas Syari’ah & Qanun jurusan Syari’ah Islamiyah, Al-Azhar Tonto, Egypt.

2 komentar:

  1. jazakallah tausyiahnya,,,
    mudah2n postingan ini juga salah satu ilmu yg disebarkan, yang nantinya menjadi amal yg terus menerus mengalir...

    BalasHapus
  2. assalamualaikum..............
    apa kabar semua anak fostimpala dan yang lain nya??
    udah pada gimana kesiapannya untuk menyambut buan suci ramadhan ini??
    mudah mudahan kita semua udah pada mulai mensucikan hati kita ya and membersihkan jiwa kita ok...
    ohya pak ketua...
    kl blh usul ni blog kita ini di buat kayak yang lama aja ??
    lebih relevan.
    soalnya simpel and ringan keliatannya
    satulagi mudah di telusuri..
    trimakasih ya
    wassalam

    BalasHapus

Oase Risalah


Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Esa, tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan (bersaksi bahwa) Isa (Yesus) adalah hamba Allah dan rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan (bersaksi bahwa) surga dan neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai kadar amalnya" (HR. Muslim)

Dari Anas ra, Nabi Muhmmad Saw bersabda: "Tidak seorang pun yang bersaksi dengan ketulusan hati bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah akan mengharamkannya dari api neraka" (HR. Bukhari Muslim).