15.4.11

Kisah Pernikahan Sayyidah Khadijah Dengan Nabi Muhammad Saw

Sayyidah Khadijah; Penduduk Makkah pada zaman jahiliyah memanggilnya dengan sebutan ”Ath-Thahirah,” yang berarti wanita suci. Dia termasuk dalam barisan orang-orang terpandang dalam suku Quraisy. Pergelutan sayyidah Khadijah di dunia bisnis lintas negara juga memasukkannya dalam daftar orang kaya kota Makkah. Tak sedikit bangsawan Arab yang melamarnya untuk dijadikan isteri, namun selalu dia tolak.

Di sela-sela urusan bisnisnya, dia mendengar kabar tentang seorang pemuda yang jujur, amanah dan baik hati. Sifat-sifat ini membuat sayyidah Khadijah tertarik untuk menjadikannya sebagai mitra bisnis. Nafisah binti Maniyah pun diutus untuk menyampaikan tawaran kerjasama sayyidah Khadijah kepada pemuda yang tak lain bernama Muhammad itu. Dari sinilah kisah mereka dimulai.

Muhammad saw tidak terburu-buru mengiyakan. Sebelum membuat keputusan, dia terlebih dahulu meminta pendapat pamannya, Abu Thalib, pengasuh yang menggantikan posisi ayahnya yang telah wafat sejak dia masih dalam kandungan.

Tawaran Khadijah diterima. Muhammad saw dipercayakan untuk membawa barang dagangannya ke Syam (Siria) bersama Maisarah, seorang pria pembantu Khadijah.

Sepulang dari Syam, Maisarah tak sabar untuk berbagi cerita kepada sayyidah Khadijah tentang kebaikan hati Muhammad saw dan keanehan yang dia saksikan selama perjalanan ke Syam. Di antara keanehan tersebut adalah perjalanan mereka yang jauh menjadi terasa singkat, dan awan juga berjalan menaungi perjalanan mereka dari terik matahari. Cerita ini tentu saja menghibur dan memberikan kesan bagi sayyidah Khadijah.

Tidak lama setelah itu, sayyidah Khadijah dirundung musibah; sang ayah tercinta meninggal dunia. Di tengah kesedihannya datanglah Waraqah bin Naufal (anak pamannya) untuk melipur laranya. Dia menjelaskan bahwa dunia ini bukan akhir segalanya, akan ada hari berbangkit dimana Allah memberi pahala atau hukuman menurut amal masing-masing. Dan ayah Khadijah (menurut Waraqah) termasuk orang yang beruntung, sebab dia orang baik-baik.

”Kenapa Anda tidak menyampaikan ini kepada orang-orang biar mereka tidak lagi menyembah berhala-berhala dan hanya berharap kepada Allah?” Tanya Khadijah setelah merasa terhibur.

”Ini bukan tugasku. Seorang nabi akhir zaman sudah waktunya muncul, sebagaimana yang ditunjukkan oleh kitab-kitab suci yang kami baca. Dialah yang akan menyampaikan petunjuk ini,” jelas Waraqah.

Sayyidah Khadijah lalu teringat pada cerita Maisarah tentang Muhammad Saw dan menceritakannya kembali kepada Waraqah.

”Jika ini memang benar wahai Khadijah, maka Muhammad (saw) adalah nabinya ummat ini...”

Sayyidah Khadijah merasa tenang. Dalam hatinya muncul sebuah harapan yang tidak bisa dibendung. Dia pun memutuskan untuk melamar Muhammad saw. Nafisah binti Maniyah kembali diutusnya menemui Muhammad saw.

”Muhammad (saw), kenapa engkau belum menikah?” tanya Nafisah memulai misinya.
”Biaya pernikahannya bunda, saya belum dikaruniai kemudahan,” jawabnya
”Muhammad, bagaimana kalau kami memberimu biaya atau saya menawarkan untukmu seorang wanita Quraisy yang sangat terhormat dan kaya?”
”Siapa wanita ini?”
”Khadijah binti Khuwailid”
”Setahu saya, sudah banyak orang yang datang melamarnya, namun dia tolak.”
”Kalau engkau mau menerimanya Muhammad, saya harus menyelesaikan pembicaraan ini.”

Pertemuan ini akhirnya menyimpulkan kesepakatan bahwa Muhammad saw menerima lamaran Khadijah.

Giliran Muhammad saw membalas lamaran ini lewat pamannya Abu Thalib. Di tengah keluarga sayyidah Khadijah, pamannya berkata:

”Sungguh Muhammad (saw) putra saudaraku adalah pemuda yang kedudukan dan akhlaknya selalu mendapatkan nilai plus jika dibandingkan dengan pemuda-pemuda Quraisy. Jika dia miskin harta, maka harta akan lenyap. Dia dan Khadijah saling mencintai. Muhammad (saw) telah menawarkan 20 ekor unta sebagai mahar Khadijah.”

Paman sayyidah Khadijah, Amru bin Asad bersama sesepuh keluarga bessarnya berdiri memberi jawaban bahwa Khadijah menerima lamaran Muhammad saw dengan maskawin yang ditawarkan dan menyampaikan restunya.

Pernikahan pun dilangsungkan. Acara walimah digelar; makanan dihidangkan, pintu rumah sayyidah Khadijah dibuka lebar-lebar untuk menjamu kerabat, sahabat dan fakir miskin. Pembesar-pembesar suku turut hadir mengucapkan selamat.

Pernikahan ini dilangsungkan setelah 2 bulan 15 hari dari kepulangan Muhammad saw dari Syam. Sayyidah Khadijah pada saat itu berusia 40 tahun dan berstatus sebagai janda, sedangkan Muhammad saw berusia 25 tahun, 15 tahun sebelum dinobatkan oleh Allah menjadi rasul utusan-Nya. Sejak itu kebahagiaan pun bersemayam dalam kalbu sayyidah Khadijah dan pasangan terbaiknya Muhammad saw.

Dari perkawinan inilah lahir semua putra-putri nabi Muhammad saw, selain anaknya Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah Al Qibtiyah. Mengingat umur Khadijah di saat pernikahannya ini sudah mencapai 40 tahun, tentu saja ini menjadi sebuah keajaiban yang tidak terjadi secara kebetulan. Wallahu a’lam.

* Written by: Ihsan Hasibuan, Lc.
* Referensi:
- Khadijah Ummul Mu’minin - Nazhrat fi Isyraq Fajril Islam, Abdul Mun’im Muhammad Umar, Dar Ar-Rayyan li At-Turats, Mesir 1988.
- Zaujat Ar-Rasul saw, Shafwat Jaudah Ahmad, Penerbit As-Shafa, Kairo, 2010.

5 komentar:

  1. Istri pertama seorang pemimpin para nabi & rosul,Adalah "JANDA" kyknya g mungkin deh! Fakta "Tak sedikit bangsawan Arab yang melamarnya untuk dijadikan isteri, namun selalu dia tolak" para bangsawan saja gak mungkin melamar seoran "JANDA" apalagi SEORANG .......

    BalasHapus
  2. Halo anonim...... bukan krn semata mata "JANDA" nya yg membuat Nabi menikahi Khadijah.......
    Mungkin krn anda hanya 'MANUSIA' biasa2 saja... shg tdk mengerti

    BalasHapus
  3. Inti Πγª khadijah adlah tulang rusuk Πγª nabi kt,,

    BalasHapus

Oase Risalah


Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Esa, tidak ada sekutu baginya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan (bersaksi bahwa) Isa (Yesus) adalah hamba Allah dan rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan (bersaksi bahwa) surga dan neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai kadar amalnya" (HR. Muslim)

Dari Anas ra, Nabi Muhmmad Saw bersabda: "Tidak seorang pun yang bersaksi dengan ketulusan hati bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah akan mengharamkannya dari api neraka" (HR. Bukhari Muslim).